SOCIAL CLIMBER
Mungkin istilah ini cukup asing bagi beberapa orang. Oke, gue jelasin dikit apa itu social climber. Social climber
secara singkat dan nggak ribet adalah orang-orang yang menggunakan
segala cara supaya bisa diterima oleh orang-orang yang memiliki status
sosial yang lebih tinggi. Memang semua orang pingin status sosialnya
naik, siapa sih yang nggak? Nah, sayangnya para social climber
ini adalah orang-orang yang nggak peduli sama apa yang namanya proses
untuk naik ke status sosial yang lebih tinggi. Bagi mereka, instant is the best! Hal yang paling mencolok dari para social climber tentu saja, lifestyle.
Bagi orang-orang yang sukses, kemewahan dan menjadi terkenal adalah reward dari segala kerja keras yang telah mereka lakukan. Sedangkan social climber? Kemewahan dan terkenal adalah suatu kebutuhan dan keharusan. Contohnya simpel aja deh… Sekarang lagi era-nya gadget seperti smartphone atau PC tablet kan? Nah, meskipun para social climber
belum membutuhkan atau belum mampu untuk membeli gadget-gadget mahal,
mereka pasti merasa gelisah dan pengen cepat-cepat punya juga. Kenapa?
Ya karena mereka ingin dianggap keren, cool, dan menarik perhatian
lingkungan sekitarnya. Beberapa waktu lalu, gue juga pernah denger ada
istilah 3B di kalangan cewek: Behel, Blackberry, Bonding. Nah, ini
adalah contoh lain yang menunjukkan salah satu ciri khusus para social climber:
Fasilitas berbanding lurus dengan rasa percaya diri. Nggak punya
fasilitas bagus, minder… Punya fasilitas bagus, langsung percaya diri.
Merasa pede bawa IPhone tapi malu bawa Nexian? Selamat, lo punya bakat
menjadi social climber :D.
Sekarang apakah menjadi orang seperti ini atau punya teman yang social climber itu berbahaya? Oh, jelas! Balik lagi ke definisi social climber
yang cenderung menggunakan segala cara. Mulai dari merengek-rengek atau
ngancem orang tua, manfaatin teman sendiri, atau bahkan melakukan
tindakan kriminal. Mereka nggak akan pernah menghargai arti proses,
kerja keras, dan bersyukur. Orang yang mendapatkan fasilitas atau
kekayaan lewat kerja keras cenderung kalem dan rendah hati terhadap
segala hal yang ia punya. Kalau social climber? Mereka adalah orang-orang yang suka cari perhatian (attention seeker). Biasanya sih cenderung norak, lebay, dan suka pamer fasilitas. Menjadi social climber
tentu saja berbahaya buat ke depannya. Selain kita susah menjadi orang
yang pede, kita jadi nggak disukai sama orang sekitar kita karena kita
nggak bisa jadi diri kita sendiri.
Kesimpulan gue, kalau lo termasuk social climber, cepet-cepet
aja berubah karena orang dinilai dari sikap, prestasi dan kemampuan
yang ia punya. Bukan dari gadget, Blackberry, behel, rambut bonding, tas
LV, sepatu Prada, atau baju Zara. Memang reaksi orang kalau liat pasti
“Wuihhhhh”. Tapi itu cuma reaksi sementara, nggak berapa lama pasti
mereka yang liat juga lupa dan nggak peduli lagi. Sayangnya, para social climber
ini sering berlebihan dalam berpikir kalau orang lain mengagumi dirinya
karena sudah memiliki fasilitas-fasilitas itu. Kagum sama barangnya
iya, tapi kagum sama orangnya? Belum tentu. Naikin status sosial dari
usaha dan kerja keras bukan dari fasilitas. gue nggak menyarankan buat
kita menjadi seekstrim Bob Sadino yang kemana-mana cuma pake sandhal
jepit. Tapi seenggaknya kita bisa mengambil hal yang positif dari beliau
bahwa percaya diri berbanding lurus dengan prestasi bukan dengan
fasilitas.. Udah ah mau mandi.. bye!
Pernah Salah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar