Kadang lo dihadepin sama pertanyaan dan pendapat dari lingkungan :
"Kok lo mau sih sama dia?"
"You deserve better.."
"Elo tuh ngga bakal bahagia sama dia."
"You're nothing to him."
Lalu lo terpengaruh,
lalu lo menyerah memperjuangin perasaan lo kepada orang yang lo cinta. lo ngerasa, bener juga pendapat mereka. Lalu langkah lo
untuk mundur, didukung oleh mereka dengan suka cita.
Tapi, lo lupa esensi
dari mencintai. Bukan mereka yang ngerasain, bukan mereka yang ngejalanin. Jadi, bukan mereka yang berhak mutusin yang terbaik buat lo jalanin. Esensi dari mencinta adalah untuk merasa bahagia, bukan untuk terlihat bahagia. Memperjuangkan hati si dia, bukan hati lingkungan sekitar lo. Menikmati pengorbanan, bukan memaksakan pengorbanan.
Orang yang beneran
mencinta, saat berjuang buat orang yang ngga bisa termiliki pun bisa
tetep merasa bahagia. Orang yang ngga bener-bener mencinta, akan
kebanyakan mikir untung-ruginya, mungkin-nggaknya, matematis dan logika.
Alogaritma cinta itu unik. lo ngga bisa compare apple to apple buat nyiptain pasangan yang harmonis & bahagia. Dua orang
dengan kesetaraan level IQ & EQ, apakah menjamin langgengnya
hubungan mereka? Ngga.
Orang yang lebih cerdas,
kaya, cakep, banyak. Tapi apa level kecerdasan, kekayaan, dan
kecakepan setinggi itu yang selalu cocok untuk kita? Ngga.
Justru kadang kita
merasa lebih nyaman sama orang yang ngga lebih cerdas, karena
kesamaan kecerdasan kadang malah bikin kita sering berdebat. Kita
kadang lebih nyaman sama orang yang hidupnya ngga begitu mentereng,
karena mungkin kita akan kewalahan sendiri ngikutin gaya hidupnya. Dan
kadang kita lebih suka sama orang yang ngga cakep-cakep amat, karena
tampangnya ngga bikin insecure bakal ditaksir orang lain.
Nah, kalo udah ngerti
hal-hal semacem itu, artinya kita sudah tau yang kita butuhin. Akan
selalu ada orang yang lebih ini-itu di luar sana, tapi belum tentu
mereka bisa jadi pasangan yang lebih baik dari yang kita cinta. Kadang,
segala kelebihan mereka, cuma bakalan jadi bahan ketertarikan sesaat aja.
Mencintai berdasarkan
kebutuhan itu lebih indah. Sedangkan mencintai berdasarkan kemauan itu
bakal penuh tekanan, apalagi kalo mencintai berdasarkan kemauan orang
lain. Semua yang kita lakuin, akan berdasarkan penilaian orang lain. Lah ngapain???
Mending kita mencintai
orang yang kita butuhin, dibanding mencintai orang yang kita mau. Kita
bisa bosen sama apa yg kita mau, tapi kita ngga bakalan lepas dari orang
yang kita butuh. Jadi.. Silakan mencintai siapapun, yang penting lo
bahagia dan nyaman. Jangan biarin pendapat lingkungan, jadi sebuah
sandungan. Yang penting lo mampu mengecap kebahagiaan.
Lebih baik patah hati
karena pilihan sendiri, daripada patah hati kepada orang yang bahkan ngga
bener-bener kita kehendaki. Dan lebih seru lagi, kalo kita bisa
mencintai orang yang kita pilih sendiri, daripada memiliki orang yang ngga kita cintai.
Mencintalah sampai lo
dianggap bodoh. Cinta itu tanpa logika, (baca: bukan lagu AgnezMo ) semakin lo jatuh cinta, lo bakalan semakin keliatan gila. Biarin orang lain menganggap lo ngga punya
malu, asal orang yang lo cinta bisa lo bikin terharu. Karena cinta
akan membuat refleksi pada diri sendiri. Rasa yang lo ciptakan buat si doi, nantinya rasa itu bakalan balik kepada diri lo juga.
Jangan lo tanggung beban atas ambisi orang lain. Biarin otak mereka ngomentarin cara kerja hati lo. Seperti manusia yang mengecam hujan, di saat yang sama, mereka ngga sadar bahwa air adalah sebuah kebutuhan.
Jangan lo tanggung beban atas ambisi orang lain. Biarin otak mereka ngomentarin cara kerja hati lo. Seperti manusia yang mengecam hujan, di saat yang sama, mereka ngga sadar bahwa air adalah sebuah kebutuhan.
@pernahsalah
postingan nya aku bgt kak.
BalasHapusnice quote gan. mencintai utk merasa bahagia, bkn utk terlihat bahagia.
BalasHapuskadang kita gampang terpengaruh sama kucilan orang2 yg jelas2 gak ngerti sama sekali apa yg kita rasain dan apa yg kita jalanin. setuju bgt sama postingan ini. :)
BalasHapusuuu dalem kalimat trakhir nya gan.
BalasHapusmau doong yg dalem dalem mas e
Hapus