Sampai Jumpa Di Kehidupan Selanjutnya

Di surga ngga ada nyamuk ya? Kok tidurnya pules banget?
.. 
Di surga AC nya adem banget ya? Biasanya kamu kalo kegerahan suka bangun-bangun tidurnya. 
.. 
Di surga pelayanan nya bagus banget ya? Sampe kamu lupa buat pulang kembali sama aku disini. 
..
Di surga makanannya enak-enak ya? Biasanya kamu kalo lagi laper minta di buatin makanan sama aku, tapi sekarang udah ngga lagi. 
.. 
Di surga se-membahagiakan itu ya sampe kamu lupa jalan pulang? 
.. 
Aku mau nyusul kamu nanti, aku mau ketemu lagi sama kamu.. Aku bener-bener kangen banget sama kamu. 
.. 
Kelak suatu hari nanti dan sampai bertemu di kehidupan selanjutnya. ~ 
.. 
Miss you. :) 

Bahagiaku hilang..

30 Agustus 2019. Dunia gue yg sebelumnya lengkap dan damai tepat pada hari itu berubah seketika. Semuanya gelap, hampa, kosong. 
Pada hari itu salah seorang makhluk ciptaan Tuhan yang paling berharga dalam hidup gue berpulang. Dia ninggalin gue dengan semua airmata ini.. Dia ninggalin gue dengan semua perasaan dalam diri ini. 
.. 
Beberapa tahun kebersamaan gue dalam menjalani waktu ternyata harus selesai. gue seketika depresi, frustasi, bahkan bisa dibilang gue 0,01% lagi gue gila.
..
Ngga ada kebahagiaan apapun yang ngga gue lewati sama dia, ngga ada perjuangan apapun dalam hidup yang ngga gue lalui bareng sama dia. Terlalu sedikit kata-kata dalam kamus untuk menggambarkan perjalanan hidup gue sama dia. 
.. 
Lo tau rasanya ketika lo lagi asik-asik main video game trus mati lampu? Analoginya seperti lagi bahagia-bahagia hidup trus tiba-tiba bahagia itu langsung ilang sekejap. Gue ngga ngga tau gimana menggambarkan perasaan gue saat itu. (Bahkan sampe saat ini). 
.. 
Lo paham ngga sih arti kehilangan? Coba tanyain ke gue maka definisi kehilangan yang sebenarnya akan gue jelasin. Ini lebih dari sekedar kehilangan. Ini kehilangan terbesar dalam hidup gue.
.. 
Lo pernah ketergantungan sama sesuatu atau seseorang? Ini lebih dari itu. Seperti rusak semua ekosistem dalam hidup gue semenjak dia pergi. 
..
Bentar gue nangis dulu.. Gue ngga bisa lagi ngegambarin perasaan gue lewat tulisan. Gue terluka, lebih dari luka apapun. Gue ngga kuat. 

LO GIMANA?

Temen lo yg suka lo katain tukang ojek itu ngga peduli lho sama celaan lo. Dia ikhlas karena happy bisa bareng terus sama pacarnya. Nah elo?

Temen lo yg kerap lo cengin karena takut sm pacarnya itu ngga peduli lho sm celaan lo. Dia happy karena punya seseorang yg care & perhatian. Nah elo?

Temen lo yg lo katain bego karena pertahanin pacaranya yg bajingan itu beneran baik2 aja lho. Tersiksa bagi dia lebih baik drpd hampa. Nah elo gimana?

@pernahsalah

F

Hari itu jumat malam, tepatnya tanggal berapa aku lupa, malam itu kamu seseorang yg udah 1 minggu aku kenal via aplikasi pencari teman kencan bersedia menungguku di tempat yang sudah kita sepakati sebelumnya.. setelah jam 22:00 berlalu saya tiba di tempat tersebut untuk menjemput kamu, di awali berjabat tangan dengan sedikit menebar senyum kita memulai sebuah cerita..

Awal perkenalan yg singkat tanpa konsep dan basa-basi yang menjemukan kita melaju bersama roda dua milikku menyusuri kota ini di jam-jam yg hampir mendekati tengah malam.. dingin cuaca malam itu tak aku pedulikan sama sekali, aku hanya berpikir malam itu hasratku tuntas dan terbayarkan, oh betapa jalangnya aku ini pikirku kala itu..  setelah lewat tengah malam dan kita sudah kenyang mengisi perut serta puas berbincang tentang apapun, akhirnya kita sepakat untuk menuntaskan malam dengan perang birahi.

Yup, jam udah nunjukin pukul 02:00 dini hari, klimaks tlah di lalui, pertukaran bakteri pun sudah terjadi, saatnya mengantarmu pulang.. kala itu ada sedikit ragu, ada sedikit malu yang menentu kala harus meninggalkan kamar itu.. tapi aku berpikir lagi, oh my god this is my thousands experience for like this situation. kok harus kebawa baper? nggak lah gila aja.. tapi sesaat ada lg pikiran yg ngomong : "heyyy dia beda loh, dia nggak seperti yg udah2.. coba deh pikir lagi" Njirrr knapa nih sama pikiranku.. 

Ah udahlah aku nggak mau ribet sama permainan perasaan, dari dulu juga kan udah punya prinsip tetap kalo sakit hati itu cuma sekali, nggak boleh lebih.. in the end, aku udah sampe pada kesimpulan nya malam itu.. bahwa kamu cuma tamu aja seperti kebanyakan orang-orang yg udah pernah singgah sebentar lalu pergi lagi ntah kemana.. 

Eh ini tulisan tentang apasih? lama nggak ngupdate blog tau-tau nongol dengan tulisan nggak jelas gini hehehe.. lagi agak random aja ni malem.

@pernahsalah

TELOR DADAR BUATAN SANDI

Lho kok elo beda? kita kan semua sepakat untuk kompak? lho kok lo gitu? kita kan semua udah setuju dari awal untuk gini?

saban hari mikirin orang yang ngga nyadar kalo lagi di pikirin sama gue.. kalo otak bisa ngomong dia bakalan ngomong.. anyiiiing di ruang gue cuma ada eloooo.. nyadar napeee!!!!

We all know, st,jimmy is a lie... you got some fucking bastard!!!!!!

APA KAMU TAU? SELANGKANGAN TAK AKAN SELAMANYA AMAN SAAT KEBERSAMAAN DALAM GENGGAMAN.

NOT REALLY.. huhuhuhu... 

bukan bermaksud kurang ajar, hanya saja gue terlalu suka akan keintiman tersebut. oh my god.. it was so crazy to tell here.. 

but wait! gue mah heran sama orang-orang disitu, yang di sindir siapa.. yang ngerasa kesindir siapa.. yang dikatain bego siapa.. yang marah-marah karena ngerasa bego siapa..  

halahh makin random aja postingan gue ini, heuheuheu.. etapi gue seneng bgt btw, leicester juara BPL, rossi juara di jerez maren, dan gue juara di hati lo.. iyuuhhh..


oke makin ngga jelas.. bye

@pernahsalah
 

ROMANTISME TANPA RASA CONGKAK

Ah, Leicester. Selatan bukan, utara bukan. Bagian dari Midlands (wilayah tengah Inggris) yang selalu disepelekan.

Inggris Selatan yang kaya raya dan manja, dengan London sebagai pusatnya, menganggap kalian tak cukup berbudaya. Sedikit saja perbaikan dari Inggris Utara.

Inggris Utara yang kasar, penuh keyakinan, bermulut besar, dengan tenaga yang bisa menghidupkan seluruh Inggris Raya, melihat kalian lembek seperti Inggris Selatan. Menganggap kalian tak sepadan.

Mereka tak pernah rukun antarsesama, tapi setia sepakat merendahkan kalian.

Semua menertawakan. "Sekali kota pedalaman, selamanya kota pedalaman. Terbelakang dan tak penting," kata mereka.

Ketika kalian mencampur bumbu curry ke fish and chip, mereka bilang rasanya bukan Inggris lagi.

Ketika warung makan kalian menyediakan tarka dal (makanan Asia Selatan), jerk chicken (ayam bakar gaya Karibia), bercampur dengan shepherd pie (makanan khas Inggris) dalam satu mampan, mereka mengeryitkan dahi dan menggeleng kepala tak setuju.

Ketika kalian mengibarkan bendera Union Jack, mereka bertanya "Apakah kalian benar telah merasa menjadi orang Inggris Raya?" Terpana dengan warna kulit kalian yang hitam, putih, kuning, keling, dan sekian rupa.

Di kota kalian, gereja, masjid, gurdwara, kuil bertebaran sama banyaknya. Mereka seperti tak percaya. Sama seperti tak percayanya ketika Diwali dan Natal dirayakan sama meriahnya.


Bagi kalian manusia adalah manusia. Berdiri sama tinggi, duduk sama rendah.

Kalian menerima imigran India, Polandia, Karibia, dan Afrika. Siapa saja.

Kalian lindungi dan santuni pengungsi. Layaknya saudara sendiri.

Lalu tanpa bukti seluruh negeri berasumsi, kalian tak lebih dari (paling parah) pencuri dan (paling halus) pengemis pundi-pundi.

"Kalau tidak, dari mana uang untuk membiayai kehidupan para imigran dan pengungsi itu?" Mereka pura-pura bertanya tapi sejujurnya menggugat.

Mereka lupa untuk berkaca sebelum menuduh kalian demikian.

Mereka tak melihat jalan bebatuan dari jaman Romawi yang masih terawat. Mengkilap karena tetes peluh keringat para imigran dan pengungsi (beserta anak turunnnya) yang membersihkannya. 


Mereka lupa siapa yang menjadi buruh untuk menjaga agar industri manufaktur tidak mati.

Mereka tak memperhatikan jilbab dan turban yang kalian kenakan di kantor-kantor pemerintahan. Atau seberapa pekat kulit yang menyajikan teh dan kopi yang dengan rakus mereka minum.

Dan ketika mereka sakit dan perlu dirawat, barulah mereka belajar mengenai sebuah negara bernama Filipina.

Ah... Leicester.

Itulah sebab bagi banyak orang kalian bukan sekadar sebuah kota. Tapi sebuah harapan. Mimpi akan kemanusiaan (akan sesuatu) yang lebih baik.

Tak apa kalau mimpi dan harapan itu sering membawa hanya ke sebuah hidup yang biasa-biasa saja. Setidaknya kalian tampung dan beri kesempatan kepada siapa saja.

Dari rahim kalian Leicester City lahir. Klub sepakbola sederhana. Walau, "Klub abal-abal," ejek mereka. Selalu mengejek. Selalu mencibir.

Lebih parah lagi. "Town full of Paki. You just a town full of Paki," nyanyi mereka setiap kali kalian bertanding. Rasis, vulgar, dan sempit hati.

Seolah hina kalau hampir separuh penduduk kalian bukan putih kulitnya. Seolah tak berharga kalau sepertiga penduduk kalian lahir di luar Inggris sana. Seolah karenanya kalian tak layak punya klub sepakbola.

Lebih celaka lagi, Vichai dan Alyawatt Sriyaddhanaprabha adalah kini pemilik klub sepakbola kalian. Bapak dan anak asal Thailand.

Sudah bukan nama keluarga asal Amerika, atau oligarkh asal Rusia, atau uang dari kawasan Arabia. Susah pula diucap mereka punya nama. Duit sepertinya juga tak seberapa.

Beruntung Leicester City tak pernah lupa untuk menyimpan DNA yang sama dengan ibu kandungnya: hati yang leluasa dan selalu tempat harap bernaung.

Maka dibuka sekali lagi peruntungan bagi mereka (para pemain) yang tersingkir. Seperti imigran dan pengungsi yang mendapat kesempatan kedua dalam hidup. Mungkin ketiga. Bahkan keempat.

Mereka berkumpul. Belajar lagi tentang apa itu harapan. Belajar lagi tentang apa itu memulai segala sesuatunya dari bawah.

Tak ada bintang. Tak ada jagoan. Hanya satu rasa: satu nasib sepenanggungan. Kebersamaan tanpa rasa congkak. (Mungkin juga) Romantisme tanpa rasa congkak.

Kalian panggil pelatih yang telah berkeliling Eropa. Tetapi karirnya lebih sering berujung pada pemecatan ketimbang keberhasilan. Lebih sering merana ketimbang mengangkat piala.


Senyumnya lebih menawarkan keraguan ketimbang kepastian. Tutur katanya pendek-pendek seperti terpotong oleh pikiran yang datang tiba-tiba ketika ia sedang berbicara.

Seperti juga bagaimana ia bertutur kata, ia seperti punya dorongan untuk selalu mengubah-ubah susunan pemain dan taktik sesuka hatinya. Selalu ada pikiran yang datang tiba-tiba untuk mengubah apa yang terjadi di lapangan. Sering mengejutkan lawan maupun anak asuhnya sendiri.

The Tinkerman (tukang otak-atik), kata orang. Harus dipahami, itu bukan julukan untuk memuji.

Tak heran kalau dari kalangan kalian sendiri sempat menyebut pilihan memanggilnya adalah pilihan yang tidak inspiratif. Sebuah perjudian yang semestinya dihindari.
Tetapi begitulah. Entah apa yang terjadi di kala kalian latihan. Entah pula apa yang diomongkan sang pelatih di ruang ganti pakaian.

Kalian menang melawan klub besar. Menang pula melawan klub menengah. Tak perlu dibicarakan dengan sesama klub kecil. Di luar dugaan kalian cukup konsisten hingga sekarang.


Seluruh negeri, termasuk penggemar bola di luar Inggris – termasuk kami di Indonesia, menunggu kapan kalian akan terseok. Atau (sejujurnya) berharap kalian terpuruk. Tak percaya (dan tidak rela) bahwa kalian benar-benar bisa bertahan.

Ini sudah Januari dan kalian masih berkibar, menyelip di antara klub-klub besar (atau klub-klub yang merasa diri mereka besar) di puncak liga. Sungguh seluruh negeri, dan lagi-lagi kami juga penggemar sepakbola Inggris di Indonesia, masih terperanjat.

Semoga saja cibiran "klub abal-abal" tidak kemudian terdengar. Walau itu hampir pasti hanya khayal.

Semoga saja "Town full of Paki. You just a town full of Paki," haram dinyanyikan. Walau ketika mereka ingin merendahkan kalian, sungguh hati sulit untuk ditebak.

Ah... Leicester (City).

Kalaupun di akhir nanti kalian biasa-biasa saja, setidaknya kalian pernah mengingatkan akan romantisnya sebuah harapan bagi mereka yang sepertinya tidak mungkin. Romantisme tanpa rasa congkak.

BELI GAJI

G A J I  Empat huruf doang. Yang paling ditunggu karyawan tiap akhir bulan.... Yang kehadirannya bisa membuat nafsu konsumtif membara.... ngebuat kita ngga kuasa menolak godaan buat segera masuk ke pusat perbelanjaan. “Hey, I earned this money with hard work! I have every right to use it the way i please!”, kira-kira gitu kali yee? :D


Emang bener sih, karna kita bekerja, gaji adalah sesuatu yang kita terima. Imbalan atas kontribusi kita untuk pihak yang menggaji kita. But for once, let’s shift perspective.

In a way, sebenarnya gaji itu bukan sesuatu yg kita dapetin.. Tapi sesuatu yang kita BELI.

Kita membeli gaji dengan segenap pikiran dan tenaga. Kita membeli gaji dengan waktu kita. Kita membeli GAJI, dengan PENGORBANAN.

Bisa jadi yang dikorbanin adalah kebahagiaan, passion, pacar/suami/istri, hobi, atau hal-hal lainnya. Semakin besar pengorbanan, semakin mahal harga yang kita bayar buat gaji kita.

Mungkin gaji kita cukup “wah”, dan membuat banyak orang iri. Tapi bisa jadi, tanpa mereka tau, gaji tersebut dibeli dengan harga yang teramat mahal, yakni kebahagiaan bersama orang-orang tersayang.

Sebaliknya, mungkin gaji kita biasa-biasa aja, ngga mampu memancing dengki. tapi dibalik itu, sebenernya gaji tersebut dibeli dengan harga yang teramat murah, karena setiap waktu yang kita habisin saat bekerja adalah waktu yang sangat menyenangkan....

So for a while, stop thinking about how much your salary is.. Ask yourself instead: “how much did I pay for this?”. kalo ngga ngerti cari kamus woyyy.. udah 2016 masih ngga ngerti bahasa inggris, melek woyyy.. :D

@pernahsalah